Khidmah Karya untuk Abuya Nawawi
Buku ini bukan sekadar biografi, melainkan ikhtiar kolektif untuk merekam cahaya yang pernah begitu dekat di mata, namun kini tinggal menyala dalam ingatan dan pengabdian. Dari cerita masa kecil hingga langkah sunyi menjelang kepulangan, dari ngaji sorogan hingga kebijakan lembutnya memimpin pondok, semua terangkum dalam satu napas; keteladanan.
Buya Nawawi adalah wujud nyata dari dawuh Walid-nya “baka pengen muncul, kudu mencil’. Buya mencil dari keramaian, buya mencil dari perpolitikan, buya mencil dari ketenaran. Hingga akhirnya, saat beliau pulang, buya muncul di berbagai kalangan, namanya semerbak wangi di dunia santri.
Dalam diamnya, buya K.H. Muhammad Nawawi Umar bicara lebih lantang dari banyak pidato. Dalam langkahnya yang pelan, beliau menggetarkan jiwa siapa pun yang mengenalnya. Tak banyak ucapan, tapi setiap laku adalah nasihat. Tak mengaku besar, namun justru karena itulah beliau membesar–di hati santri, di doa alumni, di cinta umat.
Buku ini bukan sekadar biografi, melainkan ikhtiar kolektif untuk merekam cahaya yang pernah begitu dekat di mata, namun kini tinggal menyala dalam ingatan dan pengabdian. Dari cerita masa kecil hingga langkah sunyi menjelang kepulangan, dari ngaji sorogan hingga kebijakan lembutnya memimpin pondok, semua terangkum dalam satu napas; keteladanan.
Di antara halaman buku ini, kami menanam cinta, mengenang rindu, dan melanjutkan khidmah. Semoga setiap kalimat menjadi doa, setiap kenangan menjadi bekal, dan setiap pembaca menjadi bagian dari perjuangan yang tak pernah padam.
Ulasan
Belum ada ulasan.